islamkingdomfacebook islamkingdomyoutube islamkingdomtwitte


Urgensi Shalat, Hikmah dan Kehusyukan


12392
SIFAT
Adakah diantara kaum muslimin yang merasa tidak cinta kepada Rasulullah Saw ? jawabnya pasti tidak ada. Akan tetapi, benarkah setiap kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah Saw ?. Pengakuan cinta kepada Rasulullah Saw sangat mudah diucapkan oleh setiap orang. Namun bagaimana membuktikan kesungguhan cinta kita kepada Rasulullah Saw ? jawabannya adalah “ Al Ittiba’ “ ( kesiapan menjalankan sunnahnya ). Tingkat konsistensi menjalankan sunnahnya menjadi gambaran tingkat kesungguhan dan kebenaran cinta kepadanya.

Oleh: Ustadz Hatta Syamsuddin, Lc

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وبعد:

أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي المقَصِّرَة بِتَقْوَي الله: قَالَ عَزَّ وَجَلَّ:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 70 يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )[الأحزاب: 70-71]

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanallahu wa Ta’ala

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari dan tempat yang mulia ini, kita kembali diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk berkumpul menjalankan kewajiban shalat Jum’at berjamaah dengan penuh kekhusyukan. Kita niatkan dalam rangka ketaatan sekaligus mengagungkan hari Jum’at sebagai salah satu syiar dalam agama Islam. Sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala,

(ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ )[الحج: 32]

“Dan barangsiapa yang mengagungkan syiar (agama) Allah, maka itu adalah bukti ada ketakwaan dalam hatinya “(Al-Hajj: 32)

Shalawat dan salam marilah kita senantiasa tercurah kepada nabi junjungan kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu pula kepada keluarga beliau dan para sahabat ridhwanullahi ‘alaihim, bahkan kepada kita semua, seluruh pengikut dan penerus risalah Islam yang Istiqamah hingga akhir nanti.

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanallahu wa Ta’ala

Sebagai seorang Muslim, setiap hari kita diwajibkan oleh agama kita untuk mendirikan shalat lima waktu. Namun tanpa disadari, kebanyakan dari kita menganggap kewajiban mulia tersebut sekadar rutinitas yang membebani saja. Banyak yang menjalankan shalat hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Ibarat anak sekolah atau karyawan perusahaan yang sekadar absen semata, tanpa mengetahui urgensi dan hikmahnya. Karenanya marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, kembali kita mencoba menyelami urgensi dan hikmah ibadah shalat yang kita kerjakan sehari-hari.

Urgensi dari ibadah shalat, yaitu ibadah yang pertama kali akan dimintakan pertanggungjawabannya dari manusia pada hari kiamat kelak. Bukan hanya itu, ibadah shalat kita juga menjadi cermin dari keseluruhan rangkaian amal ibadah kita selama di dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ (رَوْاهُ الترميذي وَأُحَمِّدُ وَاِبْنَ ماجه)

“Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i)

Ibadah shalat juga menjadi bukti sekaligus identitas keislaman sejati kita. Karenanya, shalat menjadi garis pemisah yang jelas antara keimanan dan kekufuran. Hal ini jelas ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya,

قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْكُفْرِ وَالْإِيمَانِ تَرْكُ الصَّلَاةِ (رَوْاهُ النِّسَائِيَّ ، الترميذي : حَديثٌ حَسَنٌ ، وَأُحَمِّدُ )

“Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad)

Dengan meyakini dan memahami urgensi ibadah shalat, diharapkan kita semua bisa lebih merasakan keagungan ibadah mulia ini lalu menjalankannya dengan sepenuh keikhlasan dan kepasrahan.

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanallahu wa Ta’ala

Ibadah shalat juga mempunyai fungsi dan hikmah bagi kehidupan kita secara pribadi maupun masyarakat. Secara pribadi, ibadah shalat akan menghasilkan hikmah kepada mereka yang mengerjakannya setidaknya dalam tiga hal:

Pertama, Shalat akan Mengendalikan Diri dari Kemaksiatan

Orang yang mendirikan shalat dengan baik akan merasakan kedekatan yang luar biasa kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Karenanya ia merasa selalu dalam pengawasan Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Ia tidak rela menodai kedekatannya itu dengan perbuatan maksiat. Inilah buah dari ibadah shalat yang mulia, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala,

(وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ)(العنكبوت:٤۵)

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45)

Kedua, Shalat menjadi Pembersih dari segala Dosa

Tidak ada menusia yang ma’shum (terjaga dari dosa) selain para nabi dan rasul, maka salah satu hikmah shalat adalah menjadi pembersih dan penggugur dosa-dosa kita. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan shalat lima waktu dengan sebuah sungai yang mengalir di depan pintu seseorang, lalu ia mandi di sungai itu lima kali dalam sehari semalam, adakah kotoran ditubuhnya yang masih tersisa?

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian di mana dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga, Shalat Menguatkan Jiwa dalam menghadapi cobaan kehidupan

Kehidupan manusia bagaikan putaran roda. Senang, susah, gembira, ujian dan cobaan datang silih berganti menguji iman dan ketakwaan. Seorang Muslim harus mempunyai jiwa yang kokoh untuk menghadapi beratnya ujian kehidupan. Ibadah shalat sejak awal menjadikan jiwa manusia tenang dan khusyuk, sehingga mampu menjalani kehidupan dengan matang. Kita diperintahkan untuk selalu menjadikan shalat sebagai pengokoh jiwa kita dalam setiap musibah yang melanda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

(وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ )[البقرة: 45]

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Baqarah: 45)

Dengan shalat jiwa menjadi tenang dan kokoh. Inilah rahasia mengapa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam meminta kepada Bilal, “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.” (HR. Ahmad dan Abu Daud). Dalam kesempatan lain beliau juga bersabda, “Dan ketenanganku dijadikan di dalam shalat.” (HR. Ahmad)

Semoga kita termasuk mereka yang mendapatkan buah dan hikmah dari ibadah shalat yang dikerjakannya.

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكمْ فِى زُمْرَتِهِ الْمُوَحِّدِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala...

Selain memahami urgensi dan hikmah shalat, sangat penting juga bagi kita untuk menjaga kekhusyukan ibadah shalat kita. Disebutkan oleh Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdasy dalam kitabnya Mukhtasor Minhajul Qashidin, bahwa kekhusyukan adalah ‘puncak kebaikan’ dari adab-adab shalat yang kita kerjakan. di dalam AlQuran pun sudah dijelaskan, bagaimana kekhusyukan menjadi ciri keberuntungan seorang mukmin.

(قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ 1 الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ )[المؤمنون:1-2]

“Sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) yang khusyuk dalam shalat-shalat mereka.” (Al-Mukminun 1-2)

Karenanya menjadi sebuah kebutuhan bagi kita, untuk mengevaluasi kembali shalat yang kita jalani selama ini. Apakah sudah mendapati kekhusyukan dalam shalatnya, atau masih sering menjadikan shalat sebagai rutinitas biasa yang nyaris tidak berkesan apapun terhadap dirinya? Setiap kita tentu harus berusaha untuk meningkatkan kualitas shalatnya dari hari ke hari. Bukan hanya mengerjakan syarat dan rukunnya saja, tetapi berusaha mengejar kekhusyukan di dalam shalat, agar lebih optimal pengaruh dan pahala yang ia dapatkan.

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala

Disebutkan dalam Tafsir Al-Wasith yang ditulis oleh Syeikh Al-Azhar, Muhammad Ali Tonthowi , makna khusyuk adalah: “ketakutan dalam hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang terlihat pada anggota badan, menjadikannya tenang dan merasakan bahwa berdiri menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu saja ini adalah pekerjaan yang berat dan harus dilatih terus menerus. Adapun beberapa langkah untuk lebih khusyuk dalam shalat, secara umum telah dibahas dalam banyak kitab-kitab , Di antaranya sebagai berikut:

Pertama: Menyadari fungsi dan pentingnya shalat. Ia tidak lagi merasa shalat sebagai sebuah kewajiban, tetapi sebagai sebuah kebutuhan yang akan berakibat baik bagi dirinya sendiri, di dunia maupun akhirat.

Kedua: Istihdhor Al-Qalb (Konsentrasi). Yakni mengosongkan hati dari hal hal yang mengganggu dan mencampuri konsentrasi ketika shalat. Karenanya disyariatkan niat di awal shalat sebagai pintu awal menata hati dan menghadirkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. juga mengingatkan godaan syetan ketika manusia tengah shalat . Dari Utsman bin Abi Ash, ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. dan mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah menghalangi shalatku dan mengganggu bacaanku. ”Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. berkata: “itu adalah syaitan yang bernama Khonzab, jika engkau merasakan maka bertaawudzlah (minta perlindungan kepada Allah), dan meludahlah ka arah kiri tiga kali “(HR. Bukhari)

Ketiga: Tafahum li ma’nal Kalam (Mengetahui Arti lafal). Dengan memahami makna bacaan yang kita lafalkan, maka akan membantu kekhusyukan dalam shalat, karena kita menghayati sepenuhnya doa-doa yang ada di dalamnya.

Keempat: Ta’dzhiim lillah (Penghormatan dan Pengagungan). Yaitu merasakan keagungan Allah dan sebaliknya kekerdilan kita sebagai hamba-Nya. Hal ini akan memunculkan ketakutan saat sedang menjalani Shalat. Tidak ada kesombongan sedikit pun saat kita shalat.

Kelima: Dzkirul Maut (Mengingat Mati). Kita merasa bahwa shalat kita ini adalah yang terakhir yang akan kita kerjakan, di mana setelahnya malaikat maut datang menjemput ajal kita. Perasaan ini menumbuhkan suasana kebatinan yang luar biasa, membantu shalat kita jauh lebih khusyuk dari sebelumnya. Karenanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اِذَّكَرَ الْمَوْتُ فِي صِلَّاتِكَ ، فَإِنَّ الرَّجِلَ إذاً ذكرَ الْمَوْتِ فِي صِلَّاتِهُ لِحُرِيَ أَنْ يَحْسُنَ صِلَّاتُهُ ، وَصِلَّ صَلاَةِ رَجُلِ لَا يَظُنُّ أَنْ يُصَلِّيَ صَلاَةُ غَيْرَهَا “

“Ingatlah mati dalam shalatmu , karena sesungguhnya jika orang mengingat mati dalam shalatnya tentu ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti orang tidak yakin ia akan dapat melakukan shalat selainnya.” (HR. Dailami, dishahihkan oleh Albani)

Hadirin sidang jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala

Selain langkah-langkah di atas, syariat juga menganjurkan sunnah-sunnah tertentu yang semuanya mengarah menuju optimalisasi kualitas shalat. Ada hal-hal yang dianjurkan seperti bersiwak, memakai pakaian yang baik, berdoa ketika melangkah ke masjid. Ada pula hal-hal yang dilarang dan dimakruhkan. Seperti larangan makan makanan berbau menyengat, larangan shalat dalam kondisi menahan hajat, dan sebagainya. Jika semua ini dijalankan dengan baik, insya Allah akan membantu kita untuk menggapai shalat yang lebih khusyuk. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan. Wallahu a’lam bishhawab.

Marilah kita tutup rangkaian ibadah shalat Jum’at ini dengan bersama-sama berdoa penuh kekhusyukan dan kerendahan hati,

(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ، وَالمؤْمِنِيْنِ وَالمؤْمِنَاتِ، الأحْياَءُ مِنْهُمْ وَالأمْوَات. اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.

اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

(رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )[البقرة: 201]

وَصَلَى اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ وَعَلَى آله وأصحابه وَسَلْمَ