Oleh: Ustadz Arif Fauzi
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه
. (ﭤ ﭥ ﭦ ﭧ ﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ) [آل عمران:102].
يأيها النَّاسَ اِتَّقَوْا رَبَّكُمْ الَّذِي خلقَكُمْ مِنْ نَفْسُ واحدَةً وَخلقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رُجَّالَا كَثِيرَا وَنَسَّاءَ وَاِتَّقَوْا اللهَ الَّذِي تُسَاءَلُونَ بِهِ والأرحام إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيكُمْ رَقيبَا . يأيها الَّذِينَ آمنوا اِتَّقَوْا اللهَ وَقَوَّلُوا قَوَّلَا سَدِيدَا يُصْلِحُ لَكُمْ أَعُمَّالَكُمْ وَيَغْفَرُ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمِنْ يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوَّزَا عَظِيمَا . أَلَا فَإِنَّ أَصدقَ الْحَديثِ كِتَابَ اللهِ وَخَيِّرَ الْهَدْي هَدَّي مُحَمَّدَ ‹ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلْمَ وَشَرَّ الأمور مُحْدَثَاتِهَا وَكُلَّ ‹ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ ‹ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةً فِي النَّارِ. اللَّهُمَّ فَصْلِ وَسَلْمَ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الْكَرِيمِ وَعَلَى آله وأصحابه وَمِنْ تَبِعَهُمْ بإحسان إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَا بَعْدَ .
Jamaah Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah!…
Pada hari ini kita akan meninggalkan tahun yang mana lembaran-lembarannya telah digulung. Ia tidak tersisa kecuali hanya beberapa saat saja, kemudian kita akan menyambut tahun baru yang dibentangkan lembaran-lembaran putih dan kosong. Maka, apa sajakah yang telah kita tuliskan pada lembaran tahun yang telah lalu, dengan apa kita menutup lembaran-lembaran itu, dan bagaimana kita akan menyambut tahun baru? Kita tidak mengetahui apakah termasuk orang yang akan menemuinya secara sempurna atau termasuk orang yang didahului maut? Karena itu, hendaklah kita mengoreksi diri. Jika tahun yang telah lalu sebagai ladang amal baik dan shalih, maka alhamdulillah. Namun, apabila kita menjadikannya untuk sesuatu yang sia-sia, bergurau dan menyia-nyiakan berbagai bentuk ketaatan, maka hendaknya kita kembali menilik perjalanan hidup kita, kemudian bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taubat. Karena sebaik-baik perbuatan untuk menutup tahun, yaitu dengan bertaubat kepada Allah atas segala bentuk kelalaian dalam ketaatan atau dari perbuatan dosa yang telah kita lakukan. Kita memuji Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menganugrahkan kepada kita umur, yang dengannya kita dapat memperbaiki sesuatu yang kita lalaikan padanya.
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati. Karena apabila ia termasuk orang yang berbuat baik, barangkali ia akan menambah amalnya dan apabila ia termasuk orang yang berbuat buruk barangkali ia akan menyesali dan menjauhi perbuatannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya siang dan malam merupakan ladang untuk beramal. Tahapan umur manusia menjadikan sesuatu yang baru menjadi usang dan yang jauh menjadi dekat. Hari demi hari berlalu dan tahun pun akan berulang, generasi demi generasi silih berganti menyusuri jalan menuju kampung akhirat. yang satu datang dan yang lain menghilang, ada yang sehat dan ada yang sakit, dan semuanya berjalan menuju Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersumpah dengan waktu yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali yang mempunyai empat sifat yaitu, orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran. Sebagaimana firman Allah,
(والْعَصْرِ1إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ 2إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ )[العصر:1-3]
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”(Al-Ashr: 1- 3)
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata ketika mengomentari ayat ini, “Seandainya tidak diturunkan suatu surat kecuali hanya ini, maka sungguh sudah cukup bagi mereka.”
Berapa banyak surat dan ayat yang diturunkan Allah ‘Azza wa Jalla dengan tujuan agar manusia menjadi sadar, memerhatikan, dan memaksa dirinya untuk selalu melaksanakan perintah-perintah Rabbnya. Allah berfirman, “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(Asy- Syams: 9-10)
Imam Qotadah berkata mengenai ayat ini, “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya dengan ketaatan dan sungguh merugi orang mengotorinya dengan kemaksiatan.”
Maka lihatlah wahai saudaraku lembaran hari-harimu yang telah lalu, apa saja yang telah Anda persiapkan darinya untuk menghadapi Hari Akhirat? Cobalah Anda menyendiri, kemudian ajaklah bicara dirimu, “Apa yang telah di ucapkan oleh lisan ini, apa yang telah dilihat oleh mata ini, apa saja yang telah di dengar oleh telinga ini, ke mana kaki ini berjalan, dan siapa saja yang telah Anda pukul dengan tangan ini? Anda dituntut untuk menahan tali kekang nafsu lalu mengoreksinya. Maimun bin Mihran Radhiyallahu Anhu berkata, “Seorang hamba tidak dianggap bertakwa sampai ketelitian dia terhadap dirinya melebihi ketelitian seorang yang berserikat terhadap serikatnya.”
Hendaknya kita mengoreksi kewajiban yang dibebankan kepada kita. Marilah mengoreksi larangan yang dicegah untuk kita, mengoreksi diri atas berbagai kelalaian, karena kita sedang berada di atas kendaraan siang dan malam, yang menghantarkan setiap dari kita menuju kampung akhirat. Abu Darda’ Radhiyallahu Anhu pernah ditanya seseorang perihal jenazah yang sedang lewat, “Siapa ini?” Beliau menjawab, “Ini adalah kamu.”
Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bagaimana seseorang datang kepada Allah, dia berkata, “Adapun orang yang taat, maka ia datang seperti orang yang telah lama menghilang kemudian ia datang kepada keluarganya. Adapun orang yang bermaksiat, maka ia seperti datangnya seorang budak yang melarikan diri kepada tuannya.”
Bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku tercinta mulai dari saat ini juga. Karena amal perbuatan itu ditentukan pada akhirnya, di mana tidak akan bermanfaat segala ucapan. Allah berfirman
“Ya Tuhanku kembalikanlah Aku (ke dunia), agar Aku berbuat amal yang saleh terhadap yang Telah Aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan” (Al-Mukminun: 99-100)
Wahai saudaraku tercinta, gunakanlah umur kalian dan janganlah sia-siakan untuk sesuatu yang hina dan melalaikan. Gunakanlah saat kuatmu untuk menambah pundi- pundi amal shalih, karena sesungguhnya siang dan malam akan selalu berjalan terus. Lihatlah betapa berharganya sebuah waktu. Jangan kalian habiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bernilai ibadah. Sungguh sangat jauh berbeda antara orang yang duduk di majelis yang di dalamnya disebut nama Allah (berdzikir kepada Allah) dengan orang yang duduk dalam majelis yang hanya menghabiskan waktu dengan omong kosong tidak bermanfaat dan dosa yang berakibat melemparkan mereka ke dalam neraka Jahannam. Allah berfirman,
(وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا) [الفرقان: 62]
“Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.”(Al-Furqan: 62)
Imam Ibnu Katsir Rahihamullah menjelaskan firman Allah, “Siang dan malam saling menggantikan satu dengan yang lainnya. Keduanya silih berganti tanpa henti. Apabila yang satu pergi, maka yang lainnya datang. Allah telah menjadikan keduanya saling bergantian bertujuan sebagai penanda waktu untuk beribadah kepada-Nya. Barangsiapa yang luput beramal pada malam hari, maka ia dapat menggantinya pada siang hari. Dan barangsiapa yang luput dari beramal pada siang hari, maka ia dapat menggantinya pada malam hari.”
Allah menggilirkan antara siang dan malam, dan sungguh padanya terdapat pelajaran bagi orang yang berakal. Tahun akan selalu berganti, dan kita akan berujar, “di depan mata kita sudah mennunggu tahun baru.” Dianggapnya ia akan lama, tetapi betapa cepatnya ia berjalan. Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memegang pundakku seraya bersabda,
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
“Jadilah kamu di dunia ini seperti orang asing atau seorang yang sedang dalam perjalanan.” (HR. Bukhari)
Janganlah seorang mukmin cenderung kepada dunia dan merasa tenang di dalamnya, karena sebenarnya ia sedang berada di tengah-tengah safar yang menuntut dirinya tetap siap meneruskan perjalalan.
Wahai saudaraku kaum Muslimin, wahai saudaraku seiman! Suatu sikap yang harus dimiliki oleh seseorang guna menyongsong tahun baru adalah sikap jujur dan sungguh- sungguh untuk meluruskan arah tujuan, memperbaiki kesalahan, dan kembali ke jalan yang benar. Karena kembali kepada kebenaran lebih baik daripada terus-menerus dalam kubangan kebatilan. Wahai saudaraku, walau dosa sebanyak buih di lautan. Sungguh, Allah tidak akan menghiraukannya, apabila Anda mau memusatkan tujuan Anda kepada-Nya, apabila Anda mau mengerakkan kaki menuju kepada-Nya. Janganlah kesalahan-kesalahan yang telah berlalu menjadi penghalang bagi Anda untuk bertaubat dengan benar (jujur). Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, mengajak bicara orang-orang yang telah melakukan dosa besar, orang-orang yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri. Allah berkata tentang mereka, seraya mengajak mereka dengan ajakan seruan ubudiyah serta panggilan penuh cinta,
(قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ ) (الزُّمَر:۵٣)
”Katakanlah, Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri.”(Az-Zumar: 53)
Yaitu orang-orang yang melampaui batas terhadap diri mereka dengan perbuatan dosa dan kesalahan.
(لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ) [الزمر: 53]
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53)
Jadi apa yang harus kita perbuat selanjutnya?
Allah berfirman,
(وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ54 وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ 55)[الزمر: 54-55]
”Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi) dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (Az-Zumar: 54-55)
Azab macam apa yang akan mendatangimu secara tiba-tiba dan kamu dalam keadaan bermaksiat? Ia adalah kematian! Apakah kematian mengirimkan peringatan terlebih dulu sebelum ia datang? Sekali- kali tidak! Salah seorang di antara kita ada yang mengendarai mobilnya dan dia tidak turun dari mobil tersebut melainkan telah menjadi mayat. Ada juga seseorang yang dapat mengenakan baju, namun ia tidak dapat melepaskannya dengan dipotong (telah meninggal). Ya, inilah maksud dari ayat yang berbunyi ,“Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ’Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah), atau supaya jangan ada yang berkata, ’Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa’. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, ’Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik.” (Az-Zumar: 56-59)
Pehatikanlah ini, kata ”balaa” (akan tetapi) untuk menyatakan kebalikannya. Maknanya, akan tetapi sungguh kamu telah berdusta wahai hamba, sebagaimana firman Allah,
(بَلَى قَدْ جَاءَتْكَ آَيَاتِي فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ )[الزمر: 59]
“Sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri, dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir.”(Az-Zumar: 59)
Maka itu, jangan Anda jadikan kemaksiatan menjadi penghalang dari taubat, dengan berkata, ”Demi Allah! Sungguh dosaku terlalu banyak.” Jika kamu berkata, ”Dosa-dosaku amat besar!” Maka ketahuilah ampunan Allah itu jauh lebih besar dari dosa-dosamu. Meskipun dosamu sampai memenuhi langit, kemudian Anda bertemu dengan Allah dengan memohon ampunan-Nya, niscaya Dia akan mengampunimu. Seandainya dosa-dosamu bagai buih di lautan, atau sebanyak pepasir di daratan, bahkan sebanyak tetesan-tetesan air hujan, maka ketahuilah rahmat Allah lebih luas daripada itu semua. Allah berfirman,
(وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ ) ا[الأعراف: 156]
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.”(Al-A’raf: 156)
Kamu hanya dituntut untuk berubah, hanya itu yang kami inginkan. Semua yang telah lalu Allah telah memberi ampunan untukmu, dengan segala konsekuensi, tanggung jawab dan segala macam bentuk kesalahan di dalamnya. Semua itu akan Allah ganti dengan kebaikan. Apakah ada yang lebih agung daripada ini wahai saudaraku? Atau adakah anugrah yang lebih agung dari ini? Apabila Allah memberikan ampunan bagimu, maka ini adalah sebuah kemuliaan. Akan tetapi, jika Allah mengampuni dosa-dosamu sedangkan kamu menanggung sejuta dosa keburukan, kemudian Dia menggantikannya untukmu dengan dua juta kebaikan, maka ini adalah sebuah anugerah yang tidak ada orang yang menyia-nyiakannya kecuali orang-orang yang merugi, yang tidak ada kebaikan sedikit pun padanya. Semoga kita terlindung dari keburukannya.
Selain Allah mengampunimu, Allah juga bergembira denganmu! Dalam hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari, disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah lebih gembira dengan taubatnya seorang hamba melebihi senangnya seseorang yang berada di gurun pasir, yang bersafar bersama hewan tunggangannya dan di atasnya terdapat perbekalan dan air. Kemudian hewan itu menghilang darinya dan ia pun berusaha mencarinya, namun tidak mendapatkannya. Ketika ia telah berputus asa dan menyerah untuk menghadapi kematian, lalu ia mendatangi sebuah pohon dan tergeletak di bawahnya untuk menunggu kemaatian, sudah tidak ada lagi sarana untuk selamat, dan di kala ia tertidur untuk menanti kematiannya tiba-tiba ontanya kembali dan berdiri di hadapannya. Ketika ia membuka mata, ia mendapati ontanya berada di depannya (artinya ia kembali menemukan hidupannya!) Maka, ia pun segera beranjak dengan sangat senang. dan di karenakan sangat senangnya ia salah berucap, “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.” di saat itu, ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan, karena ketika itu ia sangat yakin kalau ia akan mati dan binasa, dan sekarang Allah telah menggembalikan sesuatu yang menjadi sarana hidupnya, maka ia mengucapkan kata-kata yang salah disebabkan kegembiraan yang meluap-luap.
Demi Allah wahai saudaraku, sungguh Allah sangat bahagia dengan taubatmu melebihi kebahagiaan laki-laki yang ontanya kembali kepadanya! Apakah Anda tidak mau membuat Rabbmu gembira? Apakah Anda tidak mau Allah menjadi senang karenamu wahai saudaraku? Atau Anda lebih suka kalau musuhmu, syetan, bahagia karenamu, agar kamu di jadikan seorang budak dan keledai baginya. Syetan akan naik di atas punggung dan lehermu, dan menggiringmu ke neraka jahannam, melemparmu kedalamnya, kemudian meninggalkanmu di dalam neraka. Dan syetan berkata padamu, “Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu.” (Ibrahim: 22) Sungguh tidaklah aku menarikmu dengan suatu kitab dan tidak pula dengan sebuah tongkat, “Melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku.” (Ibrahim: 22) “Oleh sebab itu, janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri.”(Ibrahim: 22). Ini adalah suatu kehinaan, demi Allah ini sangatlah hina! Jadi, kemuliaan dan keagungan apa yang melebihi dari senangnya Allah karenamu. Dia memuliakan dan menjagamu di dunia, kemudian Dia memasukkanmu ke dalam surga-Nya di akhirat nanti?
Wahai saudaraku seiman, apakah kamu tidak merasa senang dengan sambutan dan kebahagiaan ini datang dari Rabbmu? Apakah kamu mengetahui ada suatu kesenangan dan kebahagiaan yang menyamai kegembiraan yang murni datang dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Wahai saudaraku yang tercinta, sesungguhnya siang dan malam yang telah berlalu menjauhkan Anda dari dunia dan mendekatkanmu kepada akhirat. Maka, beruntunglah orang mengambil manfaat dari umurnya dan menyambut tahun baru dengan mengoreksi dirinya atas apa yang telah berlalu. Kemudian ia bertaubat kepada Allah dan bertekad tidak akan menghabiskan sedetikpun umurnya melainkan dalam kebaikan. Karena ia selalu mengingat sabda Nabinya, “Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya.”
Ia selalu tekun berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini menjadi tambahan bagiku setiap amal kebaikan, dan jadikanlah kematian itu sebagai istirahat dari setiap keburukan.”
Suatu hari Yazid Ar-Ruqasyi menangis ketika telah dekat ajalnya. Kemudian ada yang berkata padanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab, “Aku menangisi shalat malam dan puasa di siang hari yang aku lakukan.” Kemudian tangisannya semakin kuat sembari mengulang- ulang perkataan, “Siapakah yang akan menshalatkanmu wahai Yazid, siapa yang akan berpuasa untukmu, dan siapa yang akan memintakan taubat atas dosa-dosamu?”
Wahai kaum Muslimin, lembaran-lembaran telah dibukakan dan roda hari pun akan terus berputar. Maka, apa yang membuat kita masih senang menghabiskan umur kita pada sesuatu yang tidak bermanfaat. Betapa banyak orang yang tidak pernah absen dari tayangan sinetron, namun betapa banyak orang yang luput dari shalat fardhu dan tasbih? Maka mereka akan menanggung dosa-dosanya sendiri dan dosa-dosa orang yang mengikuti mereka.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِـرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَـائِرِ الْـمُسْلِـمِـينَ مِنْ كُـلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِـرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِـيمُ
الحَمْدُ للهِ عَلى إحسَانِهِ ، والشُّكرُ لَهُ عَلَى تَوفِيقِهِ وامتِنَانِهِ ، وأشهدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ تعظِيماً لِشَأنِهِ ، وأشهدُ أنَّ مُحمَداً عبدُهُ ورسولُهُ الدَّاعِي إلى رضوانِهِ. اللهم فَصَلِّ وَسَلِّم علَىَ هَذَا النَّبِي الكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَن تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْم الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ.
Wahai saudaraku seiman, sesungguhnya perbaikan kondisi diri setelah adanya proses muhasabah merupakan sebuah pembaharuan dalam hidupmu, sebuah loncatan tajam untuk mengubah jalan hidupmu. yang demikian itu bukan berarti Anda harus memaksakan masuk amalan baik ke tengah-tengah kebiasaan buruk, serta dalam perilaku dan akhlak yang buruk dalam dirimu, karena hal tersebut tak layak untuk dilakukan.
Sesungguhnya kembali kepada Allah menuntut Anda untuk mengatur ulang semua jalan hidup Anda, supaya Anda memulai kembali hubungan dengan Allah secara baik dan sempurna, dengan amalan yang lebih sempurna. Begitu juga dengan janji dan akidah yang sempurna. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak Anda kepada hal ini sebagaimana terdapat pada sayyidul istighfar. Dijelaskan dalam Shahihain, diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan sayyidul istighfar?” Aku menjawab, ”Ya, wahai Rasulullah.” kemudian beliau bersabda, ’Ucapkanlah, “Ya Allah Engkau adalah Rabbku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau menciptakan aku, aku adalah hambamu, aku tetap berada dalam janjimu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yan aku perbuat, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau berikan kepadaku, dan aku mengakui segala dosaku, maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberikan ampunan melainkan Engkau.”
Sesungguhnya kembali kepada Allah menuntut Anda agar kembali mengantur seluruh kehidupan Anda, melaksanakan perubahan yang sempurna, mengganti semua kaset yang dulu selalu Anda dengarkan, mengganti majalah yang dulu Anda beli, mengubah cara dan waktu tidur Anda, mengubah waktu bangun tidur! Mengubah teman-teman! Mengubah waktu aktivitas Anda. Jika Anda dulu biasa datang jam 9, akan tetapi ketika telah bertekad untuk tidak akan datang ke kantor melainkan setengah 8, karena Anda mau makan dari makanan yang halal, mau mengubah cara bekerja.
Dulu biasanya Anda masuk kantor dengan sombong dan membentak para pegawai dan para pemeriksa, akan tetapi ketika Anda telah bertekad untuk berubah, Anda akan masuk kantor dengan wajah tersenyum. Karena senyuman adalah sedekah, dan karena Anda tidak meremehkan dari kebaikan sekecil apapun, walau hanya bertemu dengan saudaranya wajah yang berseri-seri.
Bagaimana mengubah cara kerja Anda, dan mengubah lisann Anda, yang biasa bicara sembarangan dan tidak tahu apa yang diucapkannya? Mengubah urusan perutmu dari apa yang biasa kamu makan? dan mengubah urusan kemaluan Anda di mana Anda biasa meletakkannya? Mengubah urusan tangan Anda, mengubah hati Anda dan mengubah segala sesuatu dalam hidup Anda! Mengapa?? Karena Anda telah mengoreksi diri, telah memperbaharui hidup dengan segala yang baik.
Wahai saudaraku seiman, sikap yang selanjutnya bertepatan dengan pembukaan dari bulan-bulan dalam setahun, yaitu bulan Muharram. Bulan Muharram termasuk bulan Allah ‘Azza wa Jalla yang paling agung, mempunyai kedudukan yang mulia, kehormatannya sudah ada sejak zaman dulu. Ia adalah penghulu tahun dan termasuk dalam bilangan bulan haram. Pada bulan ini Allah telah menolong Musa dan para pengikutnya dari Fir’aun beserta bala tentaranya. Amal shalih yang dikerjakan pada bulan ini mempunyai keutamaan yang agung, apalagi jika amal tersebut berupa puasa. Telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, dalam Shahih-nya dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik- baik puasa setelah puasa di bulan Romadhan adalah puasa di bulan Muharram. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah qiyamul lail.” (HR. Muslim)
Hari yang paling utama pada bulan ini, adalah hari Asyura’.
Disebutkan dalam Shahihain dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu ia berkata, ”Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa pada hari Asyura’, kemudian beliau bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini sehingga kalian berpuasa?” Mereka menjawab, ”Ini adalah hari yang agung di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan para pengikutnya serta menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Kemudian Musa pun berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur kepada Allah dan kami pun ikut berpuasa padanya.” Lantas Rasulullah bersabda, ’Sungguh kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.’ Beliaupun puasa di hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pula.”
Disebutkan dalam Shahih Muslim, dari Abu Qotadah Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah ditanya tentang perihal puasa Asyura’, maka beliau menjawab, “Aku berharap agar Allah berkenan untuk mengampuni dosa setahun yang telah lalu.”
Allahu Akbar! Betapa besar keutamaannya. Tidak akan ada yang menyia-nyiakannya kecuali orang yang diharamkan kebaikan padanya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berazam untuk berpuasa sehari sebelum Hari Asyura’ untuk menyelisihi orang– orang Ahli Kitab. Beliau bersabda,
لَئِنْ بَقِيَتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
“Apabila aku masih di beri kesempatan pada tahun mendatang, sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9.” (HR. Muslim)
Karena itu, sudah sepatutnya bagi kaum Muslimin supaya berpuasa pada hari tersebut (Asyura’) sebagai bentuk meneladani para Nabi Allah, dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hendaknya kalian berpuasa juga pada sehari sebelumnya untuk menyelisihi orang-orang Yahudi, dan sebagai bentuk pengamalan apa yang telah ditetapkan dari sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh itu adalah amalan yang mudah, namun mempunyai pahala besar lagi banyak dari Sang Pemberi nikmat yaitu Allah Jalla wa Ala’.
Sesungguhnya itu hanya ditujukan bagi orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Membuka tahun baru ini dengan amalan shalih yang paling utama yang diharapkan mendapat pahala dari Allah. Maka seorang yang cerdas lagi sadar, dan orang yang bijaksana lagi cerdik, ia mengetahui bahwa ini adalah suatu amalan yang agung yang jangan sampai luput dari simpanan amalnya. Maka, di manakah orang-orang yang dermawan lagi ikhlas?
Kita berdoa kepada Allah agar menjadikan kami dan kalian semua termasuk dari mereka, dengan anugrah dan kedermawanan-Nya.
Sesungguhnya Allah memerintahkan kita agar senantiasa memperbanyak shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, yaitu Nabi yang memberi petunjuk lagi dapat di percaya, yang memiliki mukjizat, dan ayat-ayat yang jelas. Sebagaimana Allah berfirman,
فَاِعْلَمُوا أَنْ اللهَ أَمرَّكُمْ بأمر بَدَأَ فِيه بِنَفْسُه وَثَنَى بِمَلاَئِكَتِهُ الْمَسْبَحَةَ بِقُدُسِهُ وَثُلْثَ بِكُمْ أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ فَقَالَ عِزِّ مِنْ قَائِلِ(إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا )[الأحزاب: 56]
اللَّهُمُّ صِلِّ وَسَلْمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدَ وَعَلَى آله وَصحابَتَهُ وَمِنْ اِهْتَدَى بِهُديِهُ واستن بِسَنَتِهُ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ .ثَمَّ اللَّهُمُّ اُرْضُ عَنْ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ أَبِي بَكَرَ وَعَمَرَ وعثمان وَعَلَيِي وَعَلَى بَقِيَّةَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعَ التَّابِعِينَ وَعَلَينَا مَعَهُمْ بِرَحِمَتِكَ يا أَرحمَ الرَّحِمِينَ .
اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ بِكُلَّ اِسْمَ هَوْلِكَ سَمَّيْتُ بِهِ نَفْسُكِ أَوَأَنْزَلَتْهُ فِي كُتَّابِكَ أَوْ عُلْمَتَهُ أَحَّدَا مِنْ خُلُقِكَ أواستأثرتبه فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكِ أَنْ تَجْعَلَ القرآن رَبِيعَ قُلُوبِنَا وَنُورَ صُدُورِنَا وجلاءَ أحزاننا وَذَهَابَ همومنا وَغُمُومَنَا
اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ والمؤمين وَالْمُؤَمَّنَاتِ الأحياء مِنْهُمْ والأموات .
اللَّهُمُّ أَعَزَّ الإسلام وَالْمُسَلَّمَيْنِ وَأُهِلُّكَ الْكَفَرَةَ والمشركين وَدَمَّرَ أَعَدَّاءَكَ أَعَدَّاءَ الدِّينِ
اللَّهُمُّ أَصلحَ لَنَا دَيِّنَنَا الَّذِي هوعصمة أَمرَّنَا ، وَأَصْلَحَ لَنَا دنياَنَا الَّتِي فِيهَا مَعَاشَنَا وَأَصْلَحَ لَنَا آخرتنا الَّتِي إِلَيهَا مُعَادَنَا وَاِجْعَلْ اللَّهُمُّ حَيَّاتِنَا زِيادَةَ لَنَا فِي كُلَّ خَيِّرَ وَاِجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةَ لَنَا مِنْ كُلَّ شَرَّ
اللَّهُمُّ أَعَنَّا عَلَى ذَكَرِكَ وَشكرَكَ وَحَسَنَ عِبَادَتِكَ
اللَّهُمُّ إنا نَسْأَلُكَ الْهُدى وَاِلْتَقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنى وَحَسَنَ الْخَاتِمَةِ
اللَّهُمُّ اِغْفِرْ لَنَا واوالدينا وَاِرْحَمْهُمْ كَمَا رَبْوَنَا صغارَا
(رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا )[الفرقان: 74]
(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ) [آل عمران: 8]
(رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )[البقرة: 201]
عِبَادُ اللَّهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعِدْلِ والإحسان وإيتاء ذى الْقربى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكِرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكِرُونَ فَاِذَّكَرُوا اللَّه الْعَظِيمَ يَذَّكِرُكُمْ وَاِسْأَلُوهُ مِنْ فُضُلِهُ يُعْطَكُمْ وَلِذَكَرِ اللهُ أَكبرِ وَاللهَ يُعْلِمُ مَا تُصَنِّعُونَ.
Penutup
Wahai para khatib budiman,
Umat ini merupakan amanah yang menjadi tanggung jawab kalian. di manapun kalian berada, senantiasa berdiri di celah yang ada dalam Islam (dan umatnya), dan dikhawatirkan orang lain yang akan mengisi celah itu.
Kalian telah mengetahui peran penting khutbah dalam pembinaan umat, telah mempelajari beberapa hukum-hukumnya serta syarat-syarat dan rukunnya berikut sunnah-sunnahnya. Telah dipaparkan unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyampaian khutbah serta sifat-sifat khatib yang sukses, bagaimana mempersiapkan segalanya, semuanya telah diulas dengan jelas serta contoh-contoh nyata penerapannya. Kemudian setelah itu apa yang perlu dilakukan?
Kalian harus berada di medan dakwah dengan penuh dedikasi, ilmu serta kepedulian, terus berusaha dan tak mengenal kata berhenti. Medan ini adalah garapan kalian, semua menunggu apa yang akan kalian lakukan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam salah satu ayat-Nya, “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah 105)
Ketahuilah bahwa buku ini hanyalah awal dari pintu masuk dalam medan yang luas, bagaikan satu titik di lautan lepas, kami letakkan sebagai bekal di awal perjalanan, maka seyogianya jangan samapi lewat seharipun sedangkan engkau tidak mencari dan menambah ilmu, sebab mencari ilmu merupakan sebaik-baik upaya untuk tugas yang mulia.
Dulu Islam tersebar ke berbagai negara dengan kalimat thoyibah (kata-kata yang baik) serta interaksi denga perilaku mulia. di sana ada orang-orang yang peduli dengan umat ini. Betapa sejarah telah berubah di tangan orang-orang yang sadar akan tanggungjawab agung yang diembannya, lalu mereka mengenakan pakaian kebesaran berupa keseriusan dan kesungguhan, menepis debu-debu kemalasan dan ketidakpedulian, mereka terus berdakwah siang malam, sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan, di manapun dan kapanpun mereka berada, tidak mengenal istilah takut dan putus asa, hingga tercapai kemuliaan Islam, dan cahayanya dapat menerangi kembali setiap negri serta mencerahkan kehidupan setiap orang.
Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga para khatib senantiasa dikaruniai anugerah petunjuk serta ketakwaan, ilmu serta keteguhan dalam berdakwah, semoga kita semua senantiasa melakukan ketaatan kepada-Nya, dan tetap tegar memikul amanah yang ada di pundak kita semua.